MAKALAH
BAHASA INDONESIA

HOAX MENJELANG PEMILIHAN UMUM 2019

DOSEN PEMBIMBING
Muhammad Edy Susilo M.SI




DISUSUN OLEH

Sanya Sekar Qatrunnada (153180064)
Hasan Abdurrahman S. (153180078)
Annisa Husnia Khansa (153180079)









JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA



KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari begitu banyak  nikamat yang telah di dapatkan dari Allah SWT. Selain itu, kami juga merasa sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik kesehatan maupun pikiran.
Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan penulisan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia dengan topik hoax menjelang pemilu 2019 ini. Kami sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak  Muhammad Edy Susilo M.SI selaku  dosen pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia serta semua pihak yang turut membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih begitu banyak kekurangan dan kesalahan baik isinya maupun struktur penulisannya,  oleh karena itu kami sangan mengharap kritik dan saran positif untuk perbaikan di kemudian hari.
Demikian  semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para pembaca dan khususnya bagi kami. Aamiin.



ABSTRAK

Di zaman sekarang tekonologi sangat berkembang pesat di seluruh dunia. Perkembangan terknologi dan informasi di dunia maya pun kian melambung seiring berjalannya waktu. Terlalu banyaknya informasi di media sosial saat ini membuat informasi-informasi tersebut sukar untuk di saring terlebih dahulu. Informasi yang tidak benar alias hoax saat ini menjadi hal yang dapat menyebabkan banyak masalah. Menjelang pemilu 2019 besok isu-isu informasi yang tidak benar kerap muncul dan meresahkan masyarakat. Tidak hanya itu saja ujaran kebencian yang dilakukan di media masa oleh para kubu politik menyebabkan banyak pertikaian hingga perpecahan satu sama lain. Bilamana hal ini terus saja dilakukan maka akan menyebabkan masalah yang serius. Penyebar hoax biasanya menyerang kelemahan atau kesalahan yang pernah dibuat para sasaran hoax semasa dia hidup atau menjabat sebagai pejabat maupun kepala negara. Selain itu, juga menyasar kehidupan masa lalu dari orang yang dibenci (yang dijadikan sasaran hoax). Untuk menghadapi haters atau orang yang menyebarkan hoax, kedua tim sukses dari pasangan capres-cawapres harus menguatkan citra pada jagoannya. Namun, jangan sampai citra yang ditampilkan tidak relevan dengan hasil yang capai. Trend penyebaran hoax dan ujaran kebencian di kalangan netizen Indonesia masih akan terus berlanjut hingga pemilu 2019 nanti. Didukung dengan perkembangan teknologi yang cepat, terjangkau, dan pertarungan opini di dunia maya dan juga polarisasi antar kekuatan politik di Indonesia dan tingkat literasi digital dan media masyarakat yang masih rendah. Pemerintah dan masyarakat harus dapat menyelesaikan permasalahan isu hoax yang ada di media sosial dengan berbagai cara, salah satunya adalah menyaring sebelum sharing, dikarenakan hoax terutama dalam ajang pemilihan umum di tahun 2019 nanti yang dapat menyebabkan banyak permasalahan.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i 
ABSTRAK............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1.   Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2.   Rumusan Masalah............................................................................................ 2
1.3.   Tujuan Penelitian............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... .... 3
2.1.   Hoax................................................................................................................. 3
2.2.   Pemilihan Umum............................................................................................. 4
2.3.   Presiden............................................................................................................ 5
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 6
3.1. Metode Penelitian...................................................................................... 6
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................... 7
4.1.   Alasan Hoax dapat terjadi................................................................................ 7
4.2.   Maraknya terjadi Hoax di Indonesia................................................................ 8
4.3.   Hoax yang terjadi menjelang pemilihan presiden 2019................................... 9
4.4.   Dampak adanya hoax di media sosial terutama menjelang pemilu................. 11
BAB V PENUTUP............................................................................................... 13
5.1.   Kesimpulan................................................................................................. .... 13
5.2.   Saran................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15








BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Perkembangan teknologi komunikasi di era globalisasi membawa pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan dunia. Mobilitas yang tinggi, kecepatan dalam mendapatkan informasi, kemudahan berkomunikasi, pola hidup yang serba instan dan multitasking menjadi sebuah ciri kebutuhan masyarakat saat ini..Pada kemajuan teknologi informasi komunikasi saat ini tidak hanya memberikan dampak yang positif tetapi juga memberikan dampak yang buruk. Penyampaian akan informasi begitu cepat dimana setiap orang telah dengan mudah memproduksi informasi, dan informasi yang begitu cepat tersebut melalui beberapa media sosial seperti facebook, twitter, ataupun pesan telpon genggam seperti, whatsapp dan lain sebagainya yang tidak dapat difilter dengan baik.
 Informasi yang dikeluarkan baik orang perorang maupun badan usaha melalui media sosial dan elektronik ketika telah terkirim dan dibaca oleh banyak orang dapat mempengaruhi emosi, perasaan, pikiran  bahkan tindakan seseorang atau kelompok. Sangat disayangkan apabila informasi yang disampaikan tersebut adalah informasi yang tidak akurat terlebih informasi tersebut adalah informasi bohong (hoax) dengan judul yang sangat provokatif mengiring pembaca dan penerima kepada opini yang negatif. Opini negatif, fitnah, penyebar kebencian yang diterima dan menyerang pihak ataupun membuat orang menjadi takut, terancam dan dapat merugikan pihak yang diberitakan sehingga dapat merusak reputasi dan  menimbulkan kerugian materi. Dilansir dari berbagai sumber, ada beberapa macam isu hoax di antaranya terkait agama, permasalahan yang menggeret suatu corporate, sosial, dan politik. Penyebaran informasi tidak benar (hoax) tersebut dapat menjadi salah satu penyebab perpecahan.
Di Indonesia sendiri kasus hoax sudah menyebar di semua kalagan. Kabar berita yang simpang siur seringkali membuat masyarakat Indonesia hanya memandang sebelah mata dan mempercainya tanpa mencari kebenarannya terlebih dahulu. Di era teknologi sekarang media sosial seringkali dijadikan alat untuk menyebar hoax maupun ujaran kebencian kepada orang lain. Di tahun 2019 nanti akan diadakan pesta demokrasi yakni pemilihan umum presiden, informasi hoax dan ujaran kebencian seolah menjadi budaya yang ditujukan untuk menjatuhkan masing-masing kubu. Hal ini tentunya akan membuat masyarakat semakin menjelek-jelekkan satu sama lain yang akan berdampak pada pertikaian dan perpecahan satu sama lain. Oleh karena itu pencegahan dan penanganan penyebaran hoax harus dilakukan dengan baik agar tidak menimbulkan kerugian.

1.2.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat disusun rumusan masalah yaitu sebagai berikut.
a)           Mengapa hoax bisa terjadi?
b)           Mengapa saat ini marak terjadi hoax di Indonesia?
c)           Apa saja hoax yang terjadi menjelang pemilihan presiden 2019?
d)          Bagaimana dampak dengan adanya hoax di media sosial?

1.3.  Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a)           Mengetahui alasan mengapa hoax bisa terjadi.
b)           Mengetahui alasan mengapa saat ini marak terjadi hoax terutama di negara Indonesia.
c)           Mengetahui apa saja hoax yang terjadi menjelang pemilihan presiden 2019.
d)          Mengetahui dampak hoax pada media sosial yang terjadi di negara Indonesia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Hoax
Dalam Cambridge Dictionary , kata hoax sendiri berarti tipuan atau lelucon. Kegiatan menipu, rencana menipu, trik menipu, disebut dengan hoax. Pada situs hoaxes.org 2 dalam konteks budaya mengarah pada pengertian hoax sebagai aktifitas menipu: Ketika sebuah surat kabar dengan sengaja mencetak cerita palsu, kami menyebutnya tipuan. Kami juga menggambarkan aksi publisitas yang menyesatkan, ancaman bom palsu, penipuan ilmiah, penipuan bisnis, dan klaim politik palsu sebagai tipuan. Dalam jagad dunia maya yang berserakan berita sampah, euforia dalam facebook dan twitter serta jejaring lainnya memberikan ruang untuk ajang saling menuding dan saling fitnah yang tidak disertai oleh fakta, fitnah menjadi hal yang sangat biasa dikalangan penulis dengan mengedepankan tujuan-tujuan mereka. Tidak hanya itu, berita dengan nilai nol akan ada ataupun berita-berita palsu yang disebarkan melalui jejaring sosial akan mudah tersebar dalam re-upload atau diteruskan oleh pengguna media.
Contoh dari beberapa hoax :
1.        Hoax proper
Hoax dalam definisi termurninya adalah berita bohong yang dibuat secara sengaja. Pembuatnya tahu bahwa berita itu bohong dan bermaksud untuk menipu orang dengan beritanya.
2.        Judul heboh tapi berbeda dengan isi berita
Kebiasaan buruk banyak netizen adalah hanya membaca headline berita tanpa membaca isinya. Banyak beredar artikel yang isinya benar tapi diberi judul yang heboh dan provokatif yang sebenarnya tidak sama dengan isi artikelnya.
3.        Berita benar dalam konteks menyesatkan
Kadang-kadang berita benar yang sudah lama diterbitkan bisa beredar lagi di sosial media. Ini membuat kesan bahwa berita itu baru terjadi dan bisa menyesatkan orang yang tidak mengecek kembali tanggalnya

2.2.  Pemilihan Umum
Menurut Ali Moertopo, pemilihan umum adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankan kedaulatannya dan merupakan lembaga demokrasi. Manuel Kaisiepo menyatakan tentang pemilu:

Memang telah menjadi tradisi penting hampir-hampir disakralkan dalam berbagai sistem politik di dunia. Lebih lanjut dikatakannya pemilihan umum penting karena berfungsi memberi legitimasi atas kekuasaan yang ada dan bagi rezim baru, dukungan dan legitimasi inilah yang dicari.Pemilihan umum yang berfungsi mempertahankan status quo bagi rezim yang ingin terus bercokol dan bila pemilihan umum dilaksanakan dalam konteks ini, maka legitimasi dan status quo inilah yang dipertaruhkan, bukan soal demokrasi yang abstrak dan kabur ukuran-ukurannya itu.

Bagi Indonesia, yang telah menetapkan dirinya sebagai negara demokrasi, pemilu adalah keniscayaan. Dalam pemilu, aspirasi rakyat dimungkinkan berjalan secara ajeg. Pada pemilu pula, rakyat pemilih akan bisa menilai, para kontestan pemilu dapat menawarkan visi, misi, dan program kandidat, sehingga mereka akan tahu ke mana arah perjalanan negaranya.
Secara teoritis pemilihan umum dianggap merupakan tahap paling awal dari berbagai rangkaian kehidupan ketatanegaraan yang demokratis, sehingga pemilu merupakan motor penggerak mekanisme sistem politik demokrasi.
Pemilihan umum merupakan suatu keharusan bagi suatu negara yang menamakan dirinya sebagai negara demokrasi. Sampai sekarang pemilihan umum masih dianggap sebagai suatu peristiwa ketatanegaraan yang penting, karena pemilu melibatkan rakyat secara keseluruhan yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Demikian juga melalui pemilihan umum, rakyat dapat menyatakan kehendaknya terhadap garis-garis politik.
Pemilu adalah wujud nyata demokrasi prosedural, meskipun demokrasi tidak sama dengan pemilihan umum, namun pemilihan umum merupakan salah satu aspek demokrasi yang sangat penting yang juga harus diselenggarakan secara demokratis. Oleh karena itu, lazimnya di negara-negara yang menamakan diri sebagai negara demokrasi mentradisikan pemilu untuk memilih pejabat-pejabat publik di bidang legislatif dan eksekutif baik di pusat maupun daerah.

2.3.  Presiden
Dalam Bahasa latin presiden berasal dari dua kata yaitu pre dan sedere. Pre berarti sebelum dan sedere berarti menduduki. Jika ditinjau dari arti katanya makan presiden berarti sebelum menduduki. Kata menduduki disini merujuk pada makna duduk yang lebih luas yaitu jabatan. Presiden merupakan suatu nama jabatan resmi yang digunakan untuk pimpinan suatu organisasi, perkumpulan, perusahaan, perguruan tinggi, atau pimpinan suatu negara. Umumnya istilah presiden digunakan untuk seseorang yang memimpin suatu acara atau rapat atau biasa disebut ketua. Namun istilah ini secara keseluruhan terus berkembang menjadi istilah yang tujukan untuk seseorang yang memiliki kekuasaan atau jabatan eksklusif. Secara lebih spesifik. Istilah presiden lebih utama digunakan untuk menyebutkan nama kepala Negara suatu negara yang menganut pemerintahan yang berbentuk Republik, baik dipilih secara langsung maupun tak langsung.
Indonesia merupakan negara yang berbentuk republik sehingga sebutan untuk kepala negaranya adalah Presiden Presiden Indonesia. Presiden Indonesia adalah kepala negara yang merangkap menjadi kepala pemerintahan.




BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.       Metode Penelitian
Dalam menganalisa masalah mengenai berita hoaks yang kerap muncul pada Pemilihan Legislatif dan Presiden di tahun 2019 ini digunakan metode penelitian historis.

Penelitian historis merupakan penelitian dengan mengumpulkan berita-berita serta pemikiran masyarakat luas mengenai masalah tersebut. Selain berita dan opini, juga dengan mengumpulkan teori terkait mengenai hoaks, teknologi informasi, dan media yang berkembang saat ini. Penelitian yang memiliki fokus penelitian berupa peristiwa-peristiwa yang sudah berlalu dan melakukan rekonstruksi masa lalu denga sumber data atau saksi sejarah yang masih ada hingga saat ini memiliki sumber data yang diperoleh dari berbagai catatan sejarah, artifak, laporan verbal, maupun saksi hidup yang dapat dipertanggungjawabkan kebenaran persaksiannya.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1.  Alasan Hoax dapat terjadi
Terjadinya hoax dengan mudah karena dipengaruhi sejumlah faktor. Salah satunya berkembangnya teknologi informasi dalam berinteraksi. Contohnya media sosial banyak digunakan masyarakat untuk berkomunikasi sehingga aliran informasi yang ada di sana sangat bebas. Kondisi itu diperburuk dengan hilangnya etika saat berpendapat di media sosial, orang-orang seolah menyebut dirinya yang paling benar. Masyarakat harus diberi tahu cara membedakan berita benar dan hoax. Alasan lain mengapa hoax dapat terjadi yaitu 48% berita tersebut berasal dari orang-orang yang terpercaya. Alasan selanjutnya adalah 31% orang merasa informasi itu bermangaat dan mengira bahwa berita itu benar. Alasan lainnya adalah 3% orang ingin menjadi yang pertama dalam menyebarkan berita tersebut.  Hoax sangat berdampak luas bagi masyarakat sehingga kita sebagai masyarakat harus bijak dalam bersosial media dan membaca berita serta melihat kepastian berita yang didapat. Karena, pada era digital seperti ini hoax menjadi ancaman serius dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ancaman hoax ini membuat masyarakat benar-benar bisa memerangi hoax. Melani Budiantara, seorang pakar budaya dari Universitas Indonesia memaparkan beberapa point pemicu terjadinya pemberitaan hoax :
1.      Revolusi media sosial : keterbukaan informasi dan tingginya konsumsi media sosial (Indonesia pengguna Facebook ke-4 terbesar di dunia)
2.      Literasi media : sangat minim dan kurang kritis terhadap informasi
3.      Pengguna medsos menjadi pengedar info tanpa mampu melacak kebenaran
4.      Era "Post-Truth" : yang diunggulkan bujan kebenaran, tetapi kedekatan emosi dan keyakinan pribadi dengan informasi yang diedarkan.
5.      Konflik horizontal, penajaman perbedaan, peredaran pesan kebencian, dan kecenderungan pada "bullying" sosial.



4.2.  Alasan maraknya terjadi Hoax di Indonesia
Konsumen Indonesia lebih mudah menerima konten online. Hal inilah yang menjadi alasan mudahnya berita bohong alias hoax mudah tersebar di Indonesia. 61% konsumen Indonesia dianggap mempercayai informasi yang mereka peroleh. Angka tersebut didapat berdasarkan survei yang dilakukan Kantar TNS dalam riset Connected Life 2017. Tingginya tingkat kepercayaan konsumen Indonesia dengan konten online ini, berbanding terbalik dengan tingkat kepercayaan penduduk dunia. Dimana hanya satu dari tiga (35%) penduduk dunia yang menganggap konten yang mereka lihat dapat dipercaya. Selain mudah percaya, konsumen Indonesia juga tak terlalu peduli dengan data pribadi mereka dan kemungkinan penyalahgunaannya. Hanya 22% % konsumen Indonesia yang peduli ketika brand meminta data pribadi. Padahal 43% konsumen global begitu kritis saat dimintai data pribadi. Sebanyak 59% konsumen Korea menyatakan segan berikan data pribadi. Data pribadi juga bisa dikumpulkan lewat pemantauan pengguna lewat perangkat yang terhubung dengan internet. Misal lewat smartphone, jejak berinternet di peramban. api, hanya 15% konsumen Indonesia yang peduli kalau perangkat itu bisa digunakan untuk mengoleksi data pribadi. Alasannya, kehadiran perangkat-perangkat ini membuat hidup mereka lebih mudah. Sementara lebih dari setengah konsumen Korea (56%) dan Hong Kong (54%) menolak perangkat tersebut digunakan untuk mengoleksi data pribadi mereka. Dengan demikian, konsumen Indonesia dinilai belum menyadari adanya risiko dibalik dari gaya hidup serba terhubung ini. Padahal, konsumen di negara lain skeptis terhadap cara perusahaan menggunakan data pribadi mereka. Selain itu, gaya hidup konsumen Indonesia yang erat dengan perangkat mobile, membuat konsumen gemar mengobrol dengan chatbot online (45%) ketika berhubungan dengan brand. Sementara hanya 17% konsumen yang merasa brand perlu memiliki kehadiran offline. Penerimaan konsumen Indonesia terhadap interaksi dengan chatbot yang ditenagai AI (artificial intelligence) ini juga jauh lebih tinggi daripada negara lain. Di korea sebanyak 37% konsumen menganggap brand perlu memiliki kehadiran offline untuk memuaskan mereka.  Meski gaya hidup konsumen Indonesia sangat terhubung dengan perangkat mobile, namun ketika berbicara soal pembayaran konsumen Indonesia sangat konvensional. Sebagian besar konsumen masih mengandalkan pembayaran tunai dan peer-to-peer (menggunakan perantara transfer dana pihak ketiga). Hanya 18% konsumen Indonesia yang bersedia melakukan pembayaran melalui ponsel. Maka dibutuhkan solusi inovatif dan kepercayaan terhadap sistem finansial digital agar orang tertarik menggunakan opsi pembayaran modern tanpa tunai. Survei Kantar TNS dilakukan terhadap 70.000 orang di 56 negara dan melakukan 104 wawancara mendalam. Ini adalah bagian dari riset Connected Life 2017. Riset tersebut mencari tahu mengenai kepercayaan konsumen terhadap brand yang berkaitan dengan empat tema: teknologi, konten, data, dan e-commerce.

3.3.  Hoax yang terjadi menjelang pemilihan presiden 2019
Menjelang pemilu, hoax sangat marak terjadi. Masing-masing kubu seolah saling menjatuhkan satu sama lain dan menganggap kubunya adalah yang terbaik. Hoax bukan hanya sekedar berita bohong saja, biasanya menjelang pemilu/pilpres ada yang disebut hoax politik. Menyebarkan berita-berita bohong yang berkaitan dengan politik. Oknum dari penyebar hoax politik ini bisa dari kalangan orang awam maupun elit politik, mereka berupaya untuk mendapatkan keuntungan dengan disebarkannya berita hoax. Selain itu, ada juga yang menyebarkan hoax tentang agama tertentu lalu dikaitkan dengan kejadian politik yang terjadi menjelang pemilu 2019. Seperti kelompok penyebar hoax Muslim Cyber Army (MCA) yang menyebarkan hoax di Indonesia dengan dikaitkan kejadian yang ada di Suriah. Bahkan strategi penyebaran hoax kerap dijadikan strategi antar Partai Politik (Parpol) untuk saling menjatuhkan menjelang Pilpres 2019. Hal itu juga didukung dengan berkembangnya teknologi. Sehingga terkadang partai-partai maupun calon-calon presiden juga banyak melakukan kampanye di media sosial. Rata-rata korban sasaran hoax ini adalah para calon presiden maupun calon-calon pejabat tinggi yang akan bertarung esok pada pesta demokrasi 2019. Pejabat memang terkadang menjadi sasaran korban hoax tapi yang terbanyak tetaplah calon presiden yang akan mencalonkan menjadi presiden 2019 nanti. Sebut saja pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin dan Prabowo-Sandiaga Uno. Contoh kasus yang terjadi, misalnya yang pernah menargetkan Jokowi yang adalah petahana. Sebuah tautan berita dengan judul "Astaghfirullah, Para Pejabat di Era Jokowi Sosialisasi Manfaat Miras" marak beredar di media sosial. Dalam berita tersebut, terpampang gambar Joko Widodo bersama beberapa menteri dan tamu lainnya bersulang mengangkat gelas masing-masing.Berita tersebut mengabarkan istana negara dan kantor-kantor menteri sudah bebas menyajikan minuman beralkohol yang disuplai dari minimarket terdekat. Dicantumkan juga kutipan yang berasal dari Ketua Progres 98 Faizal Assegaf. Faizal disebut mengakui bahwa ada tradisi baru di lingkungan pemerintahan yaitu tradisi minum miras. Berita tersebut sudah terkonfirmasi hoax. Ketua Progres 98, Faizal Assegaf yang namanya dicatut membantah dirinya pernah memberikan pernyataan seperti tertulis dalam artikel tersebut. Kabar serupa ternyata juga pernah tersebar pada 2015 lalu. Berita hoaks juga diarahkan ke calon wakil presiden Sandiaga Uno. Sebuah akun Facebook membagikan sebuah gambar tangkapan layar yang menampilkan sebuah berita dari Liputan6.com dengan judul "Sandiaga: Atlet Pribumi Kita Fisiknya Lemah, IQ-nya Rendah, Indonesia Gak Bakal Juara Asian Games 2018". Bersama berita tersebut, penulisnya mengatakan, "Jangan pilih orang pesimis ini menjadi seorang pemimpin. Orang pesimis ini menghina bangsanya sendiri". Serta tak lupa kasus hoax yang paling terkenal yaitu hoax Ratna Sarumpaet yang menjadi salah satu tim sukses Prabowo. Penyebar hoax biasanya menyerang kelemahan atau kesalahan yang pernah dibuat para sasaran hoax semasa dia hidup atau menjabat sebagai pejabat maupun kepala negara. Selain itu, juga menyasar kehidupan masa lalu dari orang yang dibenci (yang dijadikan sasaran hoax). Untuk menghadapi haters atau orang yang menyebarkan hoax, kedua tim sukses dari pasangan capres-cawapres harus menguatkan citra pada jagoannya. Namun, jangan sampai citra yang ditampilkan tidak relevan dengan hasil yang capai.
Trend penyebaran hoax dan ujaran kebencian di kalangan netizen Indonesia masih akan terus berlanjut hingga pemilu 2019. Didukung dengan perkembangan teknologi yang cepat, terjangkau, dan pertarungan opini di dunia maya. Selain itu, adanya polarisasi anatar kekuatan politik di Indonesia dan tingkat literasi digital dan media masyarakat yang masih rendah.



4.4.  Dampak adanya hoax di media sosial terutama menjelang pemilu
Dampak terjadinya hoax tentunya sangat beragam :
1.      Generasi Muda Tersita Waktu
Produktivitas anak muda bisa tersita karena seringnya menggunakan media sosial. Sebuah studi dari Universitas Stanford menunjukkan anak muda terutama remaja atau mahasiswa menilai kebenaran berita dari detail konten seperti jumlah dan besarnya foto, panjang artikel, dan lain lain. Penelitian ini dilakukan kepada 7.840 siswa dari berbagai latar belakang. Responden diminta untuk memberikan evaluasi terhadap konten berita yang ditujukan. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa anak muda lebih memprioritaskan isi artikel daripada sumber berita. Hal ini menjadi alasan kenapa anak muda sangat rentang sekali dengan berita hoax.
2.      Memicu perpecahan
Berita hoax terkadang berisi isu SARA maupun politik. Masyarakat pun yang menjadi pembaca kabar hoax tersebut rentan terjadi perpecahan sehingga sikap kebencian merebak dimana-mana.
3.      Menurunkan reputasi pihak yang dirugikan
Berita hoax seringkali menjatuhkan pihak tertentu. Dengan banyaknya berita hoax, pihak yang dirugikan akan kesulitan untuk melakukan klarifikasi. Penelitian yang dilakukan oleh Hunt Allcott menunjukkan fakta bahwa orang dewasa AS membaca dan mengingat satu atau beberapa artikel berita bohong pada saat periode kampanye. Berita bohong ternyata mempunyai efek besar dalam pemilihan tersebut dan mampu mempengaruhi suara yang didapatkan oleh kandidat presiden.
4.      Menguntungkan pihak tertentu
Tak dipungkiri, bahawa hoax dapat dijadikan lading uang. Menjadi pembuat berita hoax dapat dijadikan suatu pekerjaan. Pemesanan satu berita hoax kepada agen pembuat berita hoax seperti Saracen yang telah ditangkap oleh Polri dapat menghabiskan hingga puluhan juta. Satu berita sama dengan puluhan juta rupiah sampai ratusan juta rupiah, tentunya bisnis ini dipandang sukses bagi orang-orang yang tidak memiliki moral.

5.      Dapat membuat fakta menjadi tidak dipercaya
Dengan semakin viralnya berita hoax, fakta sebenarnya malah bisa dicap sebagai berita hoax. Dengan ini masyarakat bisa kebingungan tentang fakta mana yang harus dipercaya.

BAB V
PENUTUP

5.1.  Kesimpulan
Menjelang pilpres dan pemilu 2019, ujaran kebencian dan hoax seolah tidak kunjung berhenti. Hoax yang muncul tentunya bermacam-macam, dari yang mengganti fakta yang asli menjadi palsu atau seolah memancing masyarakat mempercayai berita bohong tersebut. Dengan adanya hoax ini tentunya akan berdampak besar bagi masyarakat. Masyarakat menjadi bingung menentukan suatu berita apakah itu berita benar atau hoax. Sehingga seolah ketika nantinya ada fakta muncul, bisa saja yang menjadi fakta tersebut malah tidak dipercayai dan dianggap hoax.
Hoax era ini berkembang sangat pesat didukung dengan perkembangan teknologi yang pesat dan cepat sehingga seolah sekarang semua orang bisa mengakses teknologi tersebut dengan mudah. Kita harus bisa membentengi diri dan orang sekitar kita dari hoax, karena dengan adanya hoax akan memperkeruh pra dan saat pesta demokrasi 2019 besok. Kita harus bisa memfilter berita-berita terutama hoax politik yang menyangkut pemilu 2019 besok. Karena apabila kita terpengaruh berita-berita hoax tersebut kita akan kesulitan menentukan siapa pilihan kita pada pemilu 2019. Memfilter berita yang dibaca jangan hanya sebatas karena akan pemilu jadi kita harus seperti itu, memfilter berita yang benar harus dijadikan suatu kebiasaan sehingga kita dapat membedakan mana berita yang benar dan salah.

5.2.  Saran
1)      Untuk Masyarakat
. Diharapkan untuk masyarakat untuk menggunakan media sosial secara bijak, karena media sosial memungkinkan para penggunanya untuk mendapat informasi yang belum tahu kebenarannya dan mudah untuk disebar luaskan. Maka dari itu masyarakat harus menyaring informasi terutama hoax menjelang pemilu 2019 secara baik dan menyebarkan informasi tersebut kepada pihak yang membutuhkan informasi tersebut. Tidak hanya itu informasi hoax dapat memicu timbulnya pertikaian dan perpecahan diantara satu sama lain.

2)      Untuk Pemerintah
Diharapkan untuk pemerintah membuat kebijakan dan memberikan sanksi tegas bagi pelaku pembuat maupun yang menyebarkan hoax yang sering kali terjadi di media sosial. Tidak hanya itu pengarahan dan pembinaan mengenai bahaya hoax terutama hoax menjelang pemilihan umum 2019 kepada masyakarat juga harus dilakukan. Dengan demikian masyarakat akan tahu dan sadar mengenai bahaya hoax kaitannya dengan persatuan dan kesatuan di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

__. http://hoaxes.org/Hoaxipedia/What_is_a_hoax diakses pada tanggal 23 November 2018 pukul 16.30 WIB.
__. https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/hoax#translations, diakses pada tanggal 23 November 2018 pukul 16.37 WIB.
Anonim. 2016. Pengertian, Fungsi dan Sistem Pemilihan Umum. http://diy.kpu.go.id/web/2016/12/19/pengertian-fungsi-dan-sistem-pemilihan-umum/ diakses pada tanggal 23 November 2018 pukul 18.15 WIB.
Anonim. 2017. Sketsatorial: Apa itu hoax dan bagaimana cara kita menyikapinya?.
https://www.rappler.com/indonesia/ayo-indonesia/181912-sketsatorial-apa-itu-hoax diakses pada tanggal 22 November 2018 pukul 20.05 WIB.
Anonim. 2017. Presiden : Pengertian, Tugas, Wewenang, Hak, Kewajiban. http://www.ilmudasar.com/2017/08/presiden-pengertian-tugas-wewenang-hak.html diakses pada tanggal 22 November 2018 pukul 18.55 WIB.
Anonim. 2018. Pilpres 2019, Hoaks dan Ujaran Kebencian Masih Akan Berlanjut . https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20180811164559-185-321516/ pilpres-2019-hoaks-dan-ujaran-kebencian-masih-akan-berlanjut diakses pada tanggal 21 November 2018 pukul 19.34 WIB.
Defianti, Eka. 2018. HEADLINE: Haters dan Hoaks Marak Jelang Pilpres 2019, Wajar atau Settingan?. https://www.liputan6.com/news/read/3637533/ headline-haters-dan-hoaks-marak-jelang-pilpres-2019-wajar-atau-settingan diakses pada tanggal 21 November 2018 pukul 19.20 WIB.
Hariyanto, Ibnu. 2018. Polri Beberkan Penyebab Hoax Bisa Tersebar Luas di Masyarakat. https://news.detik.com/berita/4257442/polri-beberkan-penye bab-hoax-bisa-tersebar-luas-di-masyarakat%20diakses%20pada%2022-11 diakses pada tanggal 22 November 2018 pukul 19.15 WIB. 
Mahardikengrat, Laksa. 2017. Yang Pasti Memicu Perpecahan.  https://www.brilio.net/serius/hoax-dan-ujaran-kebencian-jadi-bisnis-ini-5-dampak-paling-mengerikan-170825g.html diakses pada tanggal 21 November 2018 pukul 17.46 WIB
Maulidia, Rahma. 2017. Ini penyebab Terjadinya Berita Hoax di Media Menurut Pakar Budaya. https://akurat.co/id-26272-read-ini-penyebab-terjadinya-berita-hoax-di-media-menurut-pakar-budaya%20diakses%20pada%2022-11-2018 diakses pada tanggal 21 November 2018 pukul 17.05 WIB.
Novianty, Dythia. 2018. Ini penyebab Terjadinya Berita Hoax di Media Menurut Pakar Budaya. https://www.suara.com/tekno/2018/08/14/192641/ternyata-ini-alasan-perang-hoax-jelang-pilpres-2019 diakses pada tanggal 21 November 2018 pukul 18.12 WIB.
Santhika, Eka. 2017. Alasan Hoax Mudah Tersebar di Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20171019112305-185-249426/ alasan-hoax-mudah-tersebar-di-indonesia diakses pada tanggal 22 November 2018 pukul 20.25 WIB.